Terdapat banyak informasi yang tidak ada relevansinya yang berseliweran setiap detik di sekitar kita. Itulah latar belakang diadakannya seminar Meng-Aswaja-kan Media oleh PMII Unnes
Seminar Meng-Aswaja-kan Media bersama M. Rikza Chamami, M.Si., KH. Ubaidillah Shodaqah, Moh. Yasir Alimi, dan Dosen Fakultas Ilmu Sosial. |
Pada masa ini kita sedang dilanda kebanjiran informasi di media. Terdapat banyak informasi yang tidak ada relevansinya yang berseliweran setiap detik di sekitar kita. Tidak jarang informasi tersebut tidak benar atau Hoax, bahkan berujung pada fitnah. Maka dalam hal ini perlu adanya langkah yang bijak dalam menyikapinya.
Demikian yang mendorong diadakannya Seminar tentang optimalisasi media dengan meneladani ulama aswaja (Ahlussunnah wal jamaah) yang diselenggarakan oleh Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Komisariat Al Ghozali Semarang di aula Fakultas Hukum (FH) Universitas Negeri Semarang pada Selasa (21/02) lalu.
Pemateri dalam seminar tersebut adalah Rois syuriah PWNU Jawa Tengah, KH. Ubaidillah Shodaqah, Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Kepala UPT Perpustakaan UNNES Moh. Yasir Alimi, Ph.D., dan Dosen UIN Walisongo Semarang yang juga aktif menulisdi situs NU online, M. Rikza Chamami, M.Si.
Seminar yang bertemakan “Akselerasi Intelektual dan Karakter Kader PMII dalam Optimalisasi Media dengan Semangat Meneladani Ulama Aswaja” ini dihadiri oleh mahasiswa umum dilingkungan Kota Semarang.
“Sekarang banyak orang mengalami gagap dalam bermedia, dimanaorang kesulitan mengklarifikasi informasi secara baik dan benar", ujar Dosen Filsafat UIN Walisongo, M. Rikza Chamami, M.Si.
Ia juga mengatakan dalam mengatasi dan menyikapi banjirnya informasi kita harus bermedia yang sehat dan kritis. Selain itu kita tidak hanya berperan sebagai penikmat berita saja tapi juga aktif menulis sebagai bentuk perlawanan terhadap media atau narasumber yang menyebarkan fitnah.
Seminar tentang optimalisasi media dengan meneladani ulama aswaja ini bermaksud memberikan pencerdasan kepada para mahasiswa khususnya dalam menyikapi berita atau informasi dimedia. Meneladani ulama aswaja sebagai langkah dalam menyikapi hal tersebut, dimana kita menjadikan beliau sebagai guru dan referensi dalam berilmu atau memahami sesuatu.
Seperti yang dikatakan oleh Moh. Yasir Alimi, Ph.D., bahwa kita harus senantiasamendekatkan diri kepada orang-orang sholeh (ulama) agar tidak kebingungan bersikap di jaman dimana media terbanjiri wacana dan terbakar fitnah yang bisa membakar siapa saja termasuk ulama-ulama kita.
Pada seminar itu, KH. Ubaidillah sebagai salah satu ulama aswaja, hadir memberikan beberapa wejangan atau nasihat terkait dengan bermedia dan dalam menyikapi informasi yang didapat.
Menurut Kyai Ubaid, begitu beliau disapa, Buku atau informasi yang didapat dari media saja tidak cukup karena itu hanyalah pengantar dalam berilmu, oleh karena itu maka kita memerlukan seorang guru karena guru adalah jiwa dari ilmu tersebut.
KH. Ubaidillah Shodaqah juga menambahkan bahwa dalam bermedia ada hal-hal yang perlu dilakukan, diantaranya yaitu tabayyun (konfirmasi) terhadap informasi yang ada serta harus didasari atas rasa mahabbah (kasih sayang).
Seminar berlangsung secara interaktif dengan partisipasi aktif mahasiswa dalam menanggapi dengan mengkaitkan isu-isu dan permasalahan yang berkenaan dengan berita yang bermuatan fitnah, kebencian, dan kebohongan. Acara tersebut diakhiri dengan doa dari Kyai Ubaid dan ramah-tamah antara pembicara dan peserta. (Robiyatul Adawiyah / Kader PMII al-Ghazali Unnes Semarang)
COMMENTS