Pendidikan adalah suatu upaya pembentukan atau malah pembangunan suatu identitas kultural (ideologi). Pendidikan yang saya definisika...
Pendidikan adalah suatu upaya pembentukan atau malah
pembangunan suatu identitas kultural (ideologi). Pendidikan yang saya
definisikan tentu penjelasan tentang pendidikan dari lapisan kulit terluarnya,
tetapi sekurang-kurangnya pasti kalau didiskusikan lebih mendalam pasti itulah
jawabanya. Bagaimana mata pelajaran Pancasila diajarkan, adalah tentang upaya
penyeragaman tafsir tentang Pancasila yang menyimpan peluang keragaman tafsir.
Maka pendidikan Pancasila adalah upaya untuk membentuk identitas kultural
(ideologi) Pancasila kepada semua peserta didik agar punya tafsir yang serupa
terkait pemahaman Pancasila, kalau pun melenceng tentu masih pada batas yang bisa
dimaklumi.
Dengan pembatasan definisi semacam itu maka saya
ingin menegaskan bahwa penyeragaman bukanlah selalu tentang keburukan yang
selalu disandingkan sebagai konsekuensi suatu sistem otoriter. Sisi lainya
tentu agar ada kesepemahaman umum, ada haluan umum, yang memungkinkan sesuatu
bisa digerakkan secara rapi dalam suatu tingkatan
yang hirarkis dengan struktur berlapis-lapis. Penyeragaman ini juga bisa
digunakan untuk menjadi alas managemen suatu sistem tatatanan nilai kultural
yang ingin dibentuk. Misalnya, karakter Pancasila yang harus dimiliki oleh
semua warga Indonesia, maka usaha pembangunan nilai tersebut haruslah melalui
suatu sistem pendidikan yang punya haluan umum.
Pengkaderan di PMII pun sama. Sebenarnya pola
penyeragaman ini sudah dibentuk agar menjaga kualitas nilai kultural kader
PMII. Sistem pendidikan penyeragaman tersebut malah sudah mulai semakin rapi
dengan disusunnya apa saja yang menjadi materi wajib dan pilihan di setiap
jenjang pengkaderannya, juga dengan ketetapan jarak waktu antar sistem pengkaderannya.
Artinya, ada suatu karakter umum yang ingin dihasilkan PMII untuk menjadi
karakter umum kader-kadernya. Maka PMII sebagai organisasi, melahirkan tujuannya yang hanya bisa dicapai jika
ada penyeragaman pendidikan (pengkaderan). Pengkaderan yang seragam akan
menghasilkan suatu masyarakat yang punya karakter sama terhadap alas yang dijadikan penopanng.
Tetapi bukan hanya dari sekarang saja, dari dulu
sesuatu yang kualitatif memang selalu debatable.
Bagaimana kader PMII di masing-masing Komisariat atau Rayon diukur dan
dievaluasi kualitas karakternya? Oleh siapa? Padahal tujuan PMII akan dicapai
saat sistem pengkaderannya bisa berjalan rapi
dan dievaluasi secara periodik.
Fasilitator
dan Instruktur
Menjawab pertanyaan tersebutlah PMII Cabang Kota Semarang ingin membentuk suatu sistem penguatan
pengkaderan melalui Fasilitator dan Instruktur.
Mari kita sederhanakan, Fasilitator adalah orang
yang bertugas melaksanakan sistem pengkaderan di tingkat Rayon dan Komisariat
(MAPABA dan PKD). Fasilitator yang ingin dibentuk maka sosok yang mampu
melaksanakan sistem pengkaderan sesuai AD/ART yang sudah tersedia. Secara
teknis Fasilitator haruslah mampu menerjemahkan
dan melaksanakan pedoman pengkaderan dengan akurat. Sementara Instruktur adalah
kader PMII tingkat Cabang yang memastikan kualitas nilai suatu tahapan
pengkaderan secara komprehensif dan lebih bersifat kualitatif.
Pada tahapan lebih lanjut, Fasilitator akan menjadi suatu struktur yang berada
pada sistem pengkaderan PMII yang akan mampu melakuakan diseminasi materi yang
telah disediakan dalam sistem. Sehingga setiap jenjang pengkaderan yang dilalui
anggota dan kader PMII bisa terserap secara mendalam dan efisien. Sedangkan Instruktur berkewajiban memastikan Fasilitator punya kapasitas untuk melakukan tugasnya
dengan benar. Dengan konsep Fasilitator dan Instruktur ini, maka penyeragamana karakter umum yang
ingin dihasilkan PMII Cabang Kota Semarang diharapkan bisa terbentuk secara
utuh.
Jika karakter PMII sudah terbentuk tentu pencapaian
tujuan organisasi menjadi hal otomatis akan didapatkan. Maka, tugas berat
Pengkaderan di PMII Cabang Kota Semarang
adalah menjamin di setiap Rayon punya
seorang Fasilitator yang mampu melaksanakan
MAPABA sesuai yang tertera di AD/ART, pun demikian di tingkat Komisariat untuk
menggelar PKD. Dengan demikian maka suatu sistem
yang ingin diseragamkan sebagai karakter umum PMII tentu akan sangat membantu memobilisasi
visi gerakan.
Departemen Pengkaderan PMII Cabang Kota Semarang
COMMENTS