Kemerdekaan adalah bentuk lain dari kekuasaan yang menindas selama watak kolonialisme masih ada. Begitulah kalimat singkat dari penulis untuk menyimpulkan hasil bacaan penulis terhadap buku karya George Orwell berjudul "Binatangisme".
Kemerdekaan adalah bentuk lain dari kekuasaan yang menindas selama watak kolonialisme masih ada. Begitulah kalimat singkat dari penulis untuk menyimpulkan hasil bacaan penulis terhadap buku karya George Orwell berjudul "Binatangisme". Buku novel bergenre satire ini menceritakan tentang dinamika kehidupan para binatang di sebuah peternakan bernama peternakan Manor. Novel ini pada dasarnya menceritakan tentang para binatang di peternakan itu yang selalu dalam keadaan sengsara meski telah meraih apa yang disebut kemerdekaan.
Pada bagian awal, Orwell menceritakan tentang seorang babi major yang sudah tua namun cerdas. Ia selalu mengemukakan pidato berisi propaganda-propaganda agar para binatang bangkit dari keadaannya yang sekarang. Dimana ia menilai bahwa selama ini mereka hidup dan bekerja bukan untuk diri mereka sendiri namun untuk bangsa lain, bangsa manusia. Ia mengatakan:
Ia selalu menegaskan bahwa awal dan ujung dari kesedihan dan kesengsaraan mereka adalah dari penindasan dari bangsa manusia. Maka sudah pasti manusia adalah musuh utama para binatang. Musuh yang harus diperangi dan disingkirkan. Pidato panjang itu seakan menyihir seisi gedung peternakan tersebut. Diantara pidatonya yang panjang itu, ada satu kalimat menarik yang penulis kutip sebagai sesuatu yang ideal bagi kehidupan bangsa manapun. Ia mengatakan, Dan, ku pesan wanti-wanti, jangan ada binatang yang jadi tiran atas binatang lain. Kuat atau lemah, cerdik atau dungu, kita semua bersaudara. Tak boleh binatang membunuh sesama binatang. Semua binatang sama derajat! (hlm. 15).
Pada akhir pidato ia mencontohkan sebuah nyanyian tentang dunia binatang dan harapan akan munculnya hari dimana binatang dapat hidup bebas dari belenggu bangsa manusia. Lagu yang berjudul Binatang-Binatang Inggris itu sebentar saja sudah bisa ditirukan oleh binatang-binatang lain. Ia juga meramalkan akan terjadi suatu pemberontakan dan revolusi oleh para binatang di Inggris. Entah kapan.
Kejadian itu berlangsung ketika keadaan tuan Jones (pemilik peternakan) tak terlalu baik. Ia banyak keluarkan uang untuk bayar denda hingga peternakan semakin tak terurus. Karena kelaparan yang mendera itulah membuat semangat perlawanan semakin menjadi. Singkat cerita para binatang itu bersama-sama mengeroyok tuan Jones hingga iapun berlari terbirit-birit meninggalkan rumah dan peternakannya. Para binatang merasakan kemerdekaan yang belum pernah mereka rasakan sebelumnya.
Setelah itu, dibuatkan Tujuh Pedoman Utama dimana pada intinya manusia adalah musuh bersama para binatang. Apapun yang dilakukan manusia tidak boleh dilakukan para binatang dan para binatang tidak boleh saling membunuh (hlm. 30). Semua berjalan sebagaimana harapan. Tidak ada lagi cemeti, tidak ada lagi kerja tanpa menikmati hasil, tidak ada lagi cambuk dan tali pengekang. Semua binatang terbebas dari amukan dan siksaan. Namun itu tidak berlangsung lama.
Tahun tahun berlalu, berbagai aturan diplintir sesuai kepentingan penguasa. Manusia yang dianggap sebagai musuh utama justru menjadi kawan berbisnis. Binatang yang seharusnya tidak boleh dibunuh, malah dibunuh atas tuduhan tertentu. Bahkan berjalan dengan dua kaki seperti manusia yang dianggap sebagai musuh, juga dipraktekkan oleh para babi penguasa. Tujuh prinsip utama di ganti secara sepihak menjadi satu prinsip utama bahwa semua binatang berderajat sama, tapi ada binatang yang berderajat lebih tinggi (hlm. 157). Namun sangat disayangkan, kejadian pemberontakan yang dulu pernah dilakukan, oleh babi penguasa dianggap hanya khayal belaka yang segera dilupakan oleh para binatang. Sehingga tidak ada lagi perbincangan tentang hal itu. Mereka terus dalam kesengsaraan.
Jika kita membaca teori tentang terbentuknya negara oleh John Locke dan Thomas Hobbes, dijelaskan bahwa negara adalah sebuah entitas yang lahir dari munculnya kebutuhan manusia di suatu wilayah untuk mengadakan kontrak sosial. Kontrak sosial itulah yang diharapkan akan menjamin terselenggaranya kehidupan manusia yang tenteram, damai, makmur, dan sejahtera. Itulah yang oleh novel ini disebut sebagai Tujuh Pedoman Utama. Dan oleh Negara Indonesia disebut Undang-Undang Dasar.
Negara baru akan terbangun secara utuh dan resmi apabila ia telah lepas dari penjajahan negara lain. Ketika kemerdekaan telah diraih dan tujuan serta prinsip kenegaraan telah dibentuk, selanjutnya dipilih pemimpin negara untuk menegakkan segala aturan dan prinsip utama negara. Prinsip kesertaraan seharusnya menempatkan pemimpin negara beserta jajarannya berdiri sama tinggi dan duduk sama rendahnya dengan warga lainnya. Tidak ada hirarki karena penjajahan telah dihapuskan.
Sayangnya kini kita masih melihat, penguasa selalu ingin diagungkan, dihormati, dan disanjung sebagaimana kisah babi Napoleon. Aturan dan prinsip kenegaraan yang telah disepakati bersama dengan mudahnya di permainkan demi kepentingan penguasa. Musuh-musuh imajiner diciptakan untuk menimbulkan kesan pahlawan pada para penguasa. Angka-angka pertumbuhan hasil perekonomian selalu ditampilkan untuk memberikan kesan berhasil atas berbagai kebijakan yang dibuat. Kendati rakyat pada hakikatnya tetap saja sengsara, tak ubahnya kala dijajah oleh penguasa asing.
Kesadaran itulah yang coba dibangun Orwell melalu novel ini. Bahwa kita tidak boleh cukup berpuas dengan status kemerdekaan yang telah diraih. Terwujudnya harapan dan cita-cita kesejahteraan, keadilan, serta kesetaraan hendaknya menjadi yang utama yang mesti diperjuangkan sampai kapanpun.
Judul Buku : Binatangisme (dialih-bahasakan dari Animal Farm)
Penulis : George Orwell
Penerjemah : H. Mahbub Djunaidi
Penerbit : Iqra Bandung
Kota Terbit : Bandung
Isi Halaman : 180
Oleh: Umi Marufah (Kader PMII Rayon Ushuludin Komisariat Walisongo Semarang)
Pada bagian awal, Orwell menceritakan tentang seorang babi major yang sudah tua namun cerdas. Ia selalu mengemukakan pidato berisi propaganda-propaganda agar para binatang bangkit dari keadaannya yang sekarang. Dimana ia menilai bahwa selama ini mereka hidup dan bekerja bukan untuk diri mereka sendiri namun untuk bangsa lain, bangsa manusia. Ia mengatakan:
Telur bukan untuk ditetas menjadi anak namun dilego di pasar. Susu bukan untuk menghidupi anak sapi tapi untuk dijual sebagai minuman bangsa manusia. Bahkan tai kitapun menjadi barang yang berguna bagi mereka untuk menghidupi segala tumbuh-tumbuhan yang mereka tanam. Dan apabila kita sudah tidak memiliki makna sepeserpun, maka kita hanya akan berakhir di tempat jagal tanpa mampu menangisi nasib.Tandasnya dengan penuh keseriusan (lih. hlm. 5).
Ia selalu menegaskan bahwa awal dan ujung dari kesedihan dan kesengsaraan mereka adalah dari penindasan dari bangsa manusia. Maka sudah pasti manusia adalah musuh utama para binatang. Musuh yang harus diperangi dan disingkirkan. Pidato panjang itu seakan menyihir seisi gedung peternakan tersebut. Diantara pidatonya yang panjang itu, ada satu kalimat menarik yang penulis kutip sebagai sesuatu yang ideal bagi kehidupan bangsa manapun. Ia mengatakan, Dan, ku pesan wanti-wanti, jangan ada binatang yang jadi tiran atas binatang lain. Kuat atau lemah, cerdik atau dungu, kita semua bersaudara. Tak boleh binatang membunuh sesama binatang. Semua binatang sama derajat! (hlm. 15).
Pada akhir pidato ia mencontohkan sebuah nyanyian tentang dunia binatang dan harapan akan munculnya hari dimana binatang dapat hidup bebas dari belenggu bangsa manusia. Lagu yang berjudul Binatang-Binatang Inggris itu sebentar saja sudah bisa ditirukan oleh binatang-binatang lain. Ia juga meramalkan akan terjadi suatu pemberontakan dan revolusi oleh para binatang di Inggris. Entah kapan.
Singkat Cerita
Binatangisme adalah sebuah sistem ajaran komplit yang dirumuskan oleh ketiga babi (Snowball, Napoleon, dan Squealer) berdasarkan ajaran si tua babi Major. Ketiganya mulai kerap melakukan pertemuan untuk menatar prinsip-prinsip Binatangisme kepada warga yang lainnya. Memang sikap acuh dan tidak peduli masih mereka temui diantara para binatang, namun akhirnya semua sepakat untuk melakukan pemberontakan.Kejadian itu berlangsung ketika keadaan tuan Jones (pemilik peternakan) tak terlalu baik. Ia banyak keluarkan uang untuk bayar denda hingga peternakan semakin tak terurus. Karena kelaparan yang mendera itulah membuat semangat perlawanan semakin menjadi. Singkat cerita para binatang itu bersama-sama mengeroyok tuan Jones hingga iapun berlari terbirit-birit meninggalkan rumah dan peternakannya. Para binatang merasakan kemerdekaan yang belum pernah mereka rasakan sebelumnya.
Setelah itu, dibuatkan Tujuh Pedoman Utama dimana pada intinya manusia adalah musuh bersama para binatang. Apapun yang dilakukan manusia tidak boleh dilakukan para binatang dan para binatang tidak boleh saling membunuh (hlm. 30). Semua berjalan sebagaimana harapan. Tidak ada lagi cemeti, tidak ada lagi kerja tanpa menikmati hasil, tidak ada lagi cambuk dan tali pengekang. Semua binatang terbebas dari amukan dan siksaan. Namun itu tidak berlangsung lama.
Nafsu untuk menguasai yang dimiliki oleh babi Napoleon merusak semuanya. Babi Snowball diusir secara paksa. Sedangkan babi Squealer menjadi juru bicara ulung yang bertugas menyampaikan segala perintah atau aturan yang dikemukakan oleh Babi Napoleon. Ia bahkan mampu menangkis setiap pendapat yang mencoba mengkritik atau mempertanyakan aturan-aturan tersebut. Dengan 9 anjing-anjing yang dilatih khusus untuk mengawal babi Napoleon, jelas akan sangat mempermudah dalam membungkam mulut-mulut tersebut.Sebenarnya keadaan mereka tak jauh lebih baik daripada saat ada Tuan Jones. Namun atas dasar bahwa bagaimanapun kini lebih baik karena mereka dalam keadaan merdeka selalu dapat menenangkan mereka. Apalagi babi Squealer selalu menunjukkan angka-angka perhitungan dalam produksi yang selalu menaik dan membaik.
Tahun tahun berlalu, berbagai aturan diplintir sesuai kepentingan penguasa. Manusia yang dianggap sebagai musuh utama justru menjadi kawan berbisnis. Binatang yang seharusnya tidak boleh dibunuh, malah dibunuh atas tuduhan tertentu. Bahkan berjalan dengan dua kaki seperti manusia yang dianggap sebagai musuh, juga dipraktekkan oleh para babi penguasa. Tujuh prinsip utama di ganti secara sepihak menjadi satu prinsip utama bahwa semua binatang berderajat sama, tapi ada binatang yang berderajat lebih tinggi (hlm. 157). Namun sangat disayangkan, kejadian pemberontakan yang dulu pernah dilakukan, oleh babi penguasa dianggap hanya khayal belaka yang segera dilupakan oleh para binatang. Sehingga tidak ada lagi perbincangan tentang hal itu. Mereka terus dalam kesengsaraan.
Satire untuk Manusia
Apa yang diceritakan Orwell dalam novelnya tersebut bukan semata cerita dongeng tanpa makna. Novel ini justru mampu menjelaskan secara lebih baik tentang sejarah kehidupan manusia dari dulu hingga sekarang. Cerita yang dibungkus dengan kehidupan para binatang itu pada hakikatnya adalah gambaran kehiudpan manusia yang senantiasa mengalami keterpurukan akibat kekuasaan yang menindas.Jika kita membaca teori tentang terbentuknya negara oleh John Locke dan Thomas Hobbes, dijelaskan bahwa negara adalah sebuah entitas yang lahir dari munculnya kebutuhan manusia di suatu wilayah untuk mengadakan kontrak sosial. Kontrak sosial itulah yang diharapkan akan menjamin terselenggaranya kehidupan manusia yang tenteram, damai, makmur, dan sejahtera. Itulah yang oleh novel ini disebut sebagai Tujuh Pedoman Utama. Dan oleh Negara Indonesia disebut Undang-Undang Dasar.
Negara baru akan terbangun secara utuh dan resmi apabila ia telah lepas dari penjajahan negara lain. Ketika kemerdekaan telah diraih dan tujuan serta prinsip kenegaraan telah dibentuk, selanjutnya dipilih pemimpin negara untuk menegakkan segala aturan dan prinsip utama negara. Prinsip kesertaraan seharusnya menempatkan pemimpin negara beserta jajarannya berdiri sama tinggi dan duduk sama rendahnya dengan warga lainnya. Tidak ada hirarki karena penjajahan telah dihapuskan.
Sayangnya kini kita masih melihat, penguasa selalu ingin diagungkan, dihormati, dan disanjung sebagaimana kisah babi Napoleon. Aturan dan prinsip kenegaraan yang telah disepakati bersama dengan mudahnya di permainkan demi kepentingan penguasa. Musuh-musuh imajiner diciptakan untuk menimbulkan kesan pahlawan pada para penguasa. Angka-angka pertumbuhan hasil perekonomian selalu ditampilkan untuk memberikan kesan berhasil atas berbagai kebijakan yang dibuat. Kendati rakyat pada hakikatnya tetap saja sengsara, tak ubahnya kala dijajah oleh penguasa asing.
Kesadaran itulah yang coba dibangun Orwell melalu novel ini. Bahwa kita tidak boleh cukup berpuas dengan status kemerdekaan yang telah diraih. Terwujudnya harapan dan cita-cita kesejahteraan, keadilan, serta kesetaraan hendaknya menjadi yang utama yang mesti diperjuangkan sampai kapanpun.
Judul Buku : Binatangisme (dialih-bahasakan dari Animal Farm)
Penulis : George Orwell
Penerjemah : H. Mahbub Djunaidi
Penerbit : Iqra Bandung
Kota Terbit : Bandung
Isi Halaman : 180
Oleh: Umi Marufah (Kader PMII Rayon Ushuludin Komisariat Walisongo Semarang)
COMMENTS