Membaca Relasi Senior-Junior dalam PMII

Membaca ketundukan dalam kaitan relasi senior-junior dalam PMII ada baiknya dimulai dengan membaca makna ketundukan antara kiai dan santri dalam NU.

Membaca ketundukan dalam kaitan relasi senior-junior dalam PMII ada baiknya dimulai dengan membaca makna ketundukan antara kiai dan santri dalam NU.
Sumber gambar: https://en.wikipedia.org/wiki/Mentorship

Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) lahir dari rahim NU. Walaupun pada perjalanannya melakukan pemisahan secara struktural dari Nahdlatul Ullama’ (NU), namun tradisi dan budaya NU tentu masih melekat di PMII, mungkin tak semuanya.

Salah satu tradisi yang kadang diperdebatkan di kalangan PMII adalah tentang ketundukan. Bahwa dalam kultur NU,  ketundukan kepada kiai adalah suatu yang tak bisa ditawar. Ketundukan,  bahkan,  menjadi salah satu pembeda NU dari yang lain.

Kader-kader PMII memiliki pandangan berbeda-beda tentang ketundukan. Kadang dirasa oleh sebagian,  ketundukan merupakan penghambat progresivitas gerakan.  Berbagai sikap pun muncul. Sebagian memilih tunduk dan patuh,  sesuai fatwa seniornya,  tanpa melakukan penolakan. Sebagian lagi ada yang berontak,  bahkan anti senior,  karena meyakini pandangannya lebih progresif,  atau hanya sekedar ingin dianggap progresif,  yang disimbolkan berani berbeda dengan senior.
Penulis dalam tulisan ini,  mencoba membaca bagaimana ketundukan dimaknai,  dalam relasi senior-junior dalam PMII.

Membaca ketundukan dalam kaitan relasi senior-junior dalam PMII ada baiknya dimulai dengan membaca makna ketundukan antara kiai dan santri dalam NU.

Gus Dur—di salah satu catatannya yang terkumpul dalam buku Kiai Nyentrik Pembela Pemerintah—dengan sosok Kiai Adlan, mengungkapkan adanya ketundukan luar,  dan ketundukan yang lebih dalam. Bukan berarti ketika berbeda di luarnya, berarti hilang ketundukannya. Justru ketundukan yang lebih dalam,  yang dinilai Gus Dur sebagai ketundukan yang melalui penghayatan dan bersifat pengembangan,  dan memiliki nilai sendiri yang mendasar.

Kiai Adlan adalah murid setia yang mencintai gurunya, KH. Hasyim Asy’ari. Kata Gus Dur,  kecintaan kepada gurunya itu melandasi hidupnya,  bahkan setelah gurunya wafat. Sewaktu Mbah Hasyim, (panggilan KH. Hasyim Asy’ari) masih hidup,  Kiai Adlan dilarang oleh guru tercinta mengikuti tarekat Kiai Romli Rejoso.  Setelah Mbah Hasyim wafat,  bukan hanya mengikuti,  bahkan Kiai Adlan menjadi salah satu mursid tarekat (guru tarekat).

Menurut cacatan Gus Dur,  sikap Kiai Adlan di atas,  secara sepintas tidak bisa dinilai sebagai sikap pembalikan. Harus dipahami rasionalitas Kiai Adlan dalam bersikap. Apa yang dilakukan Kiai Adlan adalah bentuk dari pada ketaatan atas asas dalam berpikir.

Jalan pikiran Kiai Adlan,  dalam pembacaan Gus Dur,  bertumpu pada pembacaan konteks.  Yang ditolak Mbah Hasyim bukanlah tarekat itu sendiri,  tapi ekses-eksesnya. Waktu Mbah Hasyim menentang ekses-ekses tarekat, dengan era Kiai Adlan sudah berbeda persoalannya. Orang-orang era Kiai Adlan tidak bergairah menjalankan agama di luar tarekat. “Apakah kita biarkan mereka tidak sembahyang,  hanya karena takut ekses-ekses tarekat itu sendiri? Mana yang lebih perlu, mengajak orang-orang sembahyang,  atau meributkan soal ekses-ekses tarekat?” tulis Gus Dur dalam catatan tentang Kiai Adlan.

Menurut Gus Dur,  ketundukan Kiai Adlan kepada gurunya itu tidak hanya bersifat literer, tapi justru ketundukan yang bersifat pengembangan dalam kasus yang berbeda. Gus Dur,  dengan sosok Kiai Adlan mengkritik betapa sedikit orang yang mampu mempraktikkan ketundukan yang lebih dalam dengan penghayatan dan pengembangan.  Banyak orang yang secara lahir tunduk,  namun melakukan penentangan di dalam.

Dari catatan Gus Dur di atas,  bukan berarti penulis ingin menyamakan hubungan kiai-santri dengan hubungan senior-junior di PMII. Tapi penulis ingin mengetengahkan makna ketundukan, yang lebih luas.

Bagi penulis, sebagai organisasi yang lahir dari rahim NU,  tidaklah etis jika “ketundukan” kepada yang lebih tua ditanggalkan dengan dalih mengekang progresivitas gerakan. Namun juga akan aneh,  sebagai organisasi pergerakan jika selalu tunduk secara normatif. Apalagi dalam ranah PMII,  kadang ada beberapa pandangan senior dalam menyikapi sebuah fenomena,  yang tak relevan dengan organisasi berbasis gerakan,  seperti PMII.

Bagi kader PMII,  perlu dipahami, kadang kala perbedaan pandangan junior  dalam beberapa hal dengan senior, bukan berarti junior tersebut kehilangan ketundukannya,  justru ia sangat tunduk dengan ajaran seniornya, yang menekankan pentingnya berpikir kritis, dan merupakan kepatuhan terhadap manhaj dan nilai dasar pergerakan organisasi, yang memungkinkan perbedaan interpretasi antar generasi.

Apa yang penulis sampaikan,  mungkin nyambung dengan tulisan sahabat sekaligus rival penulis,  yang menulis tentang sistem pengaderan berbasis mentor. Dalam tulisannya,  ia mengungkapkan kelemahan sistem mentor,  yang bisa jadi membawa kaderisasi di PMII terjebak kehidupan yang teknokratik-totaliter. Namun ia tetap memilih sistem mentor dengan beberapa tawaran perbaikan.
Ada kekhawatiran lain dari penulis,  yang mungkin belum diingatkan oleh sahabat penulis itu. Sistem mentor juga berpotensi membuat kader tunduk secara tekstual kepada mentornya,  tanpa berani melakukan interpretasi, atau memaknai ketundukan yang lebih dalam seperti yang dilakukan Kiai Adlan. Tentu ini adalah problem yang cukup serius.

Penulis menawarkan sistem mentor juga mengadopsi sistem kaderisasi di pesantren,  yang kata Gus Dur,  Kiai diibaratkan sebagai Pandawa yang membantu Kurawa,  yakni santri bertransformasi menjadi Pendawa, yang nantinya bisa membantu Kurawa-kurawa yang lain,  di tempat dan waktu yang lain pula. Adakalanya mentor di sini bersikap “otoriter”,  yang harus dilaksanakan oleh kader,  namun,  ada saatnya pula mentor membebaskan kader melakukan pengembangan dan pengambilan sikap yang benar-benar mandiri,  yang tentu masih berlandaskan manhaj dan nilai pergerakan PMII. Jangan sampai sistem mentor bergeser kepada sistem penjajahan. Bukan membantu kader bertransformasi,  namun mencetak kader sesuai ambisinya,  yang kadang bersifat pribadi, dan menempatkan kader sebagai obyek belaka.

Kenapa penulis memaknai sistem mentor sebagai sistem yang membantu kader bertransformasi? Di era yang penuh keajaiban teknologi seperti sekarang,  ada potensi-potensi yang hanya dimiliki kader,  yang kadang tak dimiliki dan tak dipahami mentor,  yang memiliki keterbatasan tempat dan waktu.  Begitulah pendapat penulis. Anda setuju atau tidak,  yang terpenting kita tetap bersahabat.




Zaimuddin Ahya

Departemen Pengembangan Pers dan Informasi-Teknologi (DPPIT)
PC. PMII Kota Semarang 2016-2017



Tertarik dengan artikel "Membaca Relasi Senior-Junior dalam PMII" ini?
Klik link ini untuk melihat artikel Zaimuddin Ahya lainnya.

COMMENTS

Name

agenda,18,artikel,51,bincang,2,cyberia,4,kajian,1,ke-pmii-an,24,KEAGAMAAN,4,kebangsaan,2,KOPRI,2,Opini,34,pendaftaran,2,pendidikan,2,PMIITV,6,puasa,1,pustaka,9,ramadhan,2,rilis,10,warta,13,
ltr
item
PMII Semarang: Membaca Relasi Senior-Junior dalam PMII
Membaca Relasi Senior-Junior dalam PMII
Membaca ketundukan dalam kaitan relasi senior-junior dalam PMII ada baiknya dimulai dengan membaca makna ketundukan antara kiai dan santri dalam NU.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhAbn7JnhHpxqJVuLxbEqVoNOlBkK8aJTJlU0cmpSTcdCReNfYwY2tY0EXBC2JC2GaNGnwYWxMxRvkWHX36Fl2JVsygh7nEwk5o1hP27GQGJ1WJJNXVkqobdW8v5kOwMv0zO9pJatSeIBk/s640/Membaca+Relasi+Senior-Junior+dalam+PMII.jpg
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhAbn7JnhHpxqJVuLxbEqVoNOlBkK8aJTJlU0cmpSTcdCReNfYwY2tY0EXBC2JC2GaNGnwYWxMxRvkWHX36Fl2JVsygh7nEwk5o1hP27GQGJ1WJJNXVkqobdW8v5kOwMv0zO9pJatSeIBk/s72-c/Membaca+Relasi+Senior-Junior+dalam+PMII.jpg
PMII Semarang
https://www.pmiisemarang.or.id/2017/11/membaca-relasi-senior-junior-dalam-pmii.html
https://www.pmiisemarang.or.id/
https://www.pmiisemarang.or.id/
https://www.pmiisemarang.or.id/2017/11/membaca-relasi-senior-junior-dalam-pmii.html
true
4367216603084741449
UTF-8
Loaded All Posts Not found any posts VIEW ALL Readmore Reply Cancel reply Delete By Home PAGES POSTS View All RECOMMENDED FOR YOU LABEL ARCHIVE SEARCH ALL POSTS Not found any post match with your request Back Home Sunday Monday Tuesday Wednesday Thursday Friday Saturday Sun Mon Tue Wed Thu Fri Sat January February March April May June July August September October November December Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec just now 1 minute ago $$1$$ minutes ago 1 hour ago $$1$$ hours ago Yesterday $$1$$ days ago $$1$$ weeks ago more than 5 weeks ago Followers Follow THIS CONTENT IS PREMIUM Please share to unlock Copy All Code Select All Code All codes were copied to your clipboard Can not copy the codes / texts, please press [CTRL]+[C] (or CMD+C with Mac) to copy