Imbas Covid 19 Bagi Kader PMII
Gambar: Dok Istimewa |
Sampai pekan ini (13/4/2020) wabah covid-19 sudah menjangkit sekitar satu setengah juta warga dunia dan menewaskan lebih dari 80 ribu orang. Persebaran wabah tidak mampu terbendung lagi. Nampaknya, hanya perjalanan waktu saja yang membuat kurva penyebarannya sedikit demi sedikit menjadi landai.
Menghadapi pandemi covid-19, pemerintah mencermati penyebarannya juga telah melakukan upaya pertahanan dan mengupayakan penanganan. Beberapa wilayah seperti Papua dan Tegal melakukan karantina wilayah. Di daerah-daerah seperti Bekasi dan Aceh menerapkan sistem jam malam. Presiden Jokowi juga sempat menyinggung kemungkinan pemberlakuan darurat sipil jika keadaan negara-bangsa semakin memburuk akibat wabah covid-19. Hal ini mendapat banyak protes dari kalangan sipil sebagai tindakan yang berlebihan bagi kehidupan publik.
Melihat kasus persebaran covid-19 di Indonesia yang semakin tidak terbendung tentu memunculkan banyak kekhawatiran. Mulai dari kegelisahan kapan berakhirnya pandemi sampai pada apa yang masih bisa dimakan pasca pandemi.
Kekhawatiran ini wajar dan manusiawi. Sebab, melihat sikap pemerintah sejak awal persebaran covid-19 di Wuhan yang kemudian menyebar ke Korea Selatan sepanjang Januari sampai Pebruari agaknya menyepelekan. Sampai pada akhirnya di awal Maret 2 warga Indonesia di Depok dinyatakan positif terjangkit covid-19. Sikap yang agaknya takabur untuk beberapa saat ini mengecewakan terutama bagi kawan-kawan tenaga medis. Sebab, tidak ada negara yang mampu menutup diri dari ‘kunjungan’ covid-19.
Meski kondisi tidak terbendungnya wabah covid-19 ini sangat nyata dapat dilihat di perkotaan khususnya Ibu kota Jakarta yang sejak awal April telah memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Namun, bukan berarti masyarakat daerah dan desa yang mayoritas adalah petani monokultur sepenuhnya merasa jauh dari dampak covid-19.
Dampak Terhadap Sistem Kaderisasi
Selain mengancam kesehatan masyarakat secara luas, wabah covid-19 juga berdampak terhadap berlangsungnya proses kaderisasi formal maupun non-formal di PMII. Tidak dipungkiri beberapa pengurus PMII dari tingkatan Rayon sampai Cabang di berbagai wilayah telah melakukan upaya tetap menjaga nalar kritis dengan melakukan diskusi daring membahas isu nasional terkini sampai diskusi pendalaman teori. Hal tersebut perlu diapresiasi sebagai ikhtiar menjaga nalar.
Namun, akan sampai kapan kader PMII hanya bermodal kasur dan kuota untuk menghadapi dunia hari ini? Akan bertahan sampai berapa lama kader PMII memiliki daya beli kuota internet? Sedangkan beberapa bahan pokok makan mulai mengalami kenaikan harga.
Pertanyaan yang penulis ajukan di atas hanya sebagian kecil hal dasar yang dihadapi dan harus dipikirkan bersama. Bukan lantas penulis pesimis akan berlangsung lamanya pandemi covid-19 ini. Namun, sikap antisipasi perlu ditumbuhkan kepada kader PMII. Menyiapkan rencana untuk menghadapi kemungkinan terburuknya sekalipun harus dilakukan. Sedia payung sebelum hujan.
Persoalan sistem kaderisasi yang harus beralih secara daring tentu menemukan beberapa kekurangan dari yang dilakukan seperti biasanya. Dalam menjalankan roda organisasi, mau tidak mau kaderisasi formal melalui daring juga harus tetap berjalan. Hal ini tentu menjadi pekerjaan tambahan. Selain belum ada modul kaderisasi resminya, pengkaderan secara daring juga memiliki beberapa hambatan seperti kemampuan kader untuk memiliki akses internet dan lainnya.
Strategi Pertahanan Melawan Covid-19
Sebagai organisasi pergerakan, tugas PMII bukan semata-mata melakukan diskusi. Apalagi jika menggunakan alasan untuk tetap #dirumahsaja sebagai dalih untuk tidak melakukan pergerakan, perbuatan, hal yang harus dilakukan bukan semata dipikirkan, do it.
Meski pemerintah telah membuka keran impor untuk komoditas pangan namun dampak covid-19 belum sepenuhnya mampu ditekan. Sebab, tidak semua orang memiliki privilege untuk memenuhi daya beli. Selain itu, meskipun petani di Sumatera dan Pulau Jawa mulai masuk panen padi, masih juga menjadi PR pemerintah agar memastikan pendistribusian logistik mampu dilakukan secara menyeluruh.
Pengurus PMII dalam hal ini juga perlu memikirkan bahwa tidak semua kadernya memiliki previlege untuk tetap #dirumahsaja . Ada banyak kader yang belum memiliki kemandirian finansial untuk memenuhi kebutuhan kuota misalnya, yang masih bergantung kepada orang tua. Bagi mahasiswa perantau yang tidak bisa pulang harus tetap membayar tagihan kamar inap. Bagi kader yang hidup di perkotaan tanpa kemandirian finansial akan menghadapi penurunan daya beli makan harian, kuota data, dan sewa kamar inap juga lainnya.
Beberapa pengurus PMII daerah seperti di Majalengka telah melakukan gerakan kemandirian pangan. Mereka mulai mengolah lahan kosong di sekitar kantor kesekretariatan untuk ditanami ubi-ubian dan sayur-mayur. Di Malang, kader pergerakan juga mulai melakukan sistem tanam polybag dan vertikultur karena lahan di sekitar sekretariat yang terbatas.
Hal tersebut dilakukan atas hasil diskusi, cerminan terjaganya nalar kritis yang waras dari kader pergerakan. Kemampuan melihat hambatan sebagai peluang berbenah adalah karakter seorang kader.
Jika pemerintah mulai menyiapkan sagu sebagai bahan pengganti beras di tengah pandemi covid-19 ini. Maka, kader PMII juga harus mulai menyiapkan diri untuk memproduksi sendiri varian makanan pokoknya. Menjadi organisatoris, setidaknya kader PMII mampu menyelamatkan dirinya sendiri.
Saatnya kader pergerakan melakukan gerakan. Diskusi dilakukan dan hasilnya dikerjakan. Kompetitor kader PMII bukan lagi kawan-kawan dari organisasi sebelah. Melainkan kawan-kawan yang sama sekali tidak mengenal dunia organisasi, hidup dengan berkecukupan lalu menggunakan gelar dari universitas luar negeri untuk mengambil alih peran pergerakan.
Menuju Harlah PMII ke-60 mari berubah bersama, jangan hanya teriak perubahan. Pohon singkong saya telah berdaun dua dan kangkung saya telah beranak pinak. Berapa jenis yang akan kamu tanam? Saya mungkin akan menambah varianya.
Oleh: S. Fitriatul Maratul Ulya
Mahasiswa Pascasarjana Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia
Demisioner Sekretaris KOPRI PMII Cabang Kota Semarang Periode XXXVIII
COMMENTS