Gejala Autisme Politik Pilkada 2024

Dalam konteks politik kontemporer di Indonesia, fenomena pemilihan figur non-politik seperti komedian Marshel Widianto sebagai calon Wakil W...



Dalam konteks politik kontemporer di Indonesia, fenomena pemilihan figur non-politik seperti komedian Marshel Widianto sebagai calon Wakil Walikota di Kota Tangerang Selatan memunculkan kekhawatiran yang mendalam mengenai gejala autisme politik yang sedang melanda masyarakat.

Istilah "autisme politik" dalam diskursus ini merujuk pada ketidakmampuan sebagian masyarakat untuk memahami dan merespons dinamika politik yang kompleks dengan cara yang rasional dan berwawasan luas. Tendensi ini, secara tidak langsung, mengarah pada pengambilan keputusan yang dangkal dan kurang pertimbangan matang.

Masyarakat yang Plural dan Demokrasi yang Rentan


Demokrasi idealnya menuntut partisipasi aktif dan cerdas dari setiap warga negara. Namun, realitas menunjukkan bahwa masyarakat sering kali terjebak dalam populisme dangkal dan selebritas politik.

Pemilihan tokoh seperti Marshel Widianto —yang lebih dikenal sebagai komedian ketimbang sosok dengan kapabilitas politik—menjadi cerminan bagaimana masyarakat cenderung mengabaikan kriteria mendasar kepemimpinan yang sejati, seperti integritas, kompetensi, dan visi politik yang jelas.

Kecenderungan ini tidak hanya terjadi di Indonesia. Di berbagai belahan dunia, figur-figur non-politik telah berhasil menarik simpati dan suara pemilih, sering kali melalui retorika populis dan karisma pribadi yang menawan. Akibatnya, proses demokrasi yang seharusnya menjadi ajang bagi pemilihan pemimpin berkualitas justru berubah menjadi panggung hiburan yang mengandalkan popularitas semata.

Tendensi Autisme Politik: Sebuah Anomali Demokratis


Istilah "autisme politik" dalam hal ini bukanlah untuk merendahkan kondisi neurologis yang serius, melainkan sebuah metafora untuk menggambarkan ketidakpedulian dan ketidakmampuan sebagian masyarakat dalam memahami dan terlibat secara rasional dalam politik. Fenomena ini dapat dilihat sebagai anomali dalam proses demokrasi yang sehat, di mana pemilih lebih tertarik pada aspek-aspek superfisial daripada substansi politik yang mendalam.

Marshel Widianto, sebagai seorang komedian, mungkin memiliki kemampuan untuk menghibur dan menarik perhatian publik. Namun, apakah kapabilitas ini cukup untuk memimpin sebuah daerah dengan tantangan politik, ekonomi, dan sosial yang kompleks? Jawabannya jelas tidak. Pemilihan semacam ini menunjukkan bahwa masyarakat terjebak dalam ilusi populisme, di mana humor dan popularitas lebih dihargai daripada kompetensi dan integritas.

Urgensi Pendidikan Politik


Untuk mengatasi gejala autisme politik, pendidikan politik yang komprehensif dan mendalam menjadi urgensi. Masyarakat harus dibekali dengan pengetahuan yang memadai mengenai bagaimana memilih pemimpin yang tepat berdasarkan kriteria yang rasional dan objektif. Pendidikan ini tidak hanya harus terjadi di bangku sekolah, tetapi juga melalui media massa dan diskursus publik yang konstruktif.

Penting bagi setiap warga negara, terutama kaum intelektual dan akademisi, untuk berperan aktif dalam mendorong kesadaran politik yang lebih tinggi. Mahasiswa, sebagai calon-calon pemimpin masa depan, dan para akademisi, sebagai penjaga gawang intelektualitas, memiliki tanggung jawab moral untuk menjadi agen perubahan dalam konteks ini.

Mereka harus menjadi teladan dalam menunjukkan bahwa politik bukanlah sekadar ajang popularitas, tetapi sebuah arena bagi pemilihan pemimpin yang mampu membawa perubahan nyata dan berarti bagi masyarakat.

Memilih komedian seperti Marshel Widianto sebagai Calon Wakil Walikota merupakan indikasi dari gejala autisme politik yang mengkhawatirkan. Hal ini mencerminkan tendensi masyarakat untuk mengabaikan esensi kepemimpinan yang sejati.

Oleh karena itu, pendidikan politik yang mendalam dan komprehensif menjadi sangat penting untuk menciptakan masyarakat yang lebih rasional dan berwawasan dalam memilih pemimpin. Hanya dengan demikian, demokrasi dapat berfungsi secara optimal dan menghasilkan pemimpin yang benar-benar berkualitas. [Muhammad Agung Prayoga - Anggota Biro Media PC PMII Kota Semarang]

COMMENTS

Name

agenda,19,artikel,55,bincang,2,cyberia,4,kajian,3,ke-pmii-an,26,KEAGAMAAN,5,kebangsaan,2,KOPRI,3,Opini,38,pendaftaran,2,pendidikan,2,PMIITV,6,puasa,1,pustaka,9,ramadhan,2,rilis,10,warta,17,
ltr
item
PMII Semarang: Gejala Autisme Politik Pilkada 2024
Gejala Autisme Politik Pilkada 2024
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjfzI2YbfICpdJlEaUPEbEuqQLcX9N6-ijOiIuEbSBZcITUlXalkhbMn1HquzjlwSPMJrdiRrPvH4nXKKwo_eCSwulCrEMIjpOD0dRNeCPMBjb0bpuBOAifOmk-GdIhgNGHCqMJHyqeUXrX_mY4o8Z-2wDgzTlY5P7fb1j02iWzDb6KKJ0qMIfXcq5B-mw/w640-h640/_ac7d4970-723d-4bad-aad7-fed0a03adb3f.jpeg
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjfzI2YbfICpdJlEaUPEbEuqQLcX9N6-ijOiIuEbSBZcITUlXalkhbMn1HquzjlwSPMJrdiRrPvH4nXKKwo_eCSwulCrEMIjpOD0dRNeCPMBjb0bpuBOAifOmk-GdIhgNGHCqMJHyqeUXrX_mY4o8Z-2wDgzTlY5P7fb1j02iWzDb6KKJ0qMIfXcq5B-mw/s72-w640-c-h640/_ac7d4970-723d-4bad-aad7-fed0a03adb3f.jpeg
PMII Semarang
https://www.pmiisemarang.or.id/2024/06/gejala-autisme-politik-pilkada-2024.html
https://www.pmiisemarang.or.id/
https://www.pmiisemarang.or.id/
https://www.pmiisemarang.or.id/2024/06/gejala-autisme-politik-pilkada-2024.html
true
4367216603084741449
UTF-8
Loaded All Posts Not found any posts VIEW ALL Readmore Reply Cancel reply Delete By Home PAGES POSTS View All RECOMMENDED FOR YOU LABEL ARCHIVE SEARCH ALL POSTS Not found any post match with your request Back Home Sunday Monday Tuesday Wednesday Thursday Friday Saturday Sun Mon Tue Wed Thu Fri Sat January February March April May June July August September October November December Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec just now 1 minute ago $$1$$ minutes ago 1 hour ago $$1$$ hours ago Yesterday $$1$$ days ago $$1$$ weeks ago more than 5 weeks ago Followers Follow THIS CONTENT IS PREMIUM Please share to unlock Copy All Code Select All Code All codes were copied to your clipboard Can not copy the codes / texts, please press [CTRL]+[C] (or CMD+C with Mac) to copy